WARGA PULAU UNTUNG JAWA BUTUH AIR LAYAK KONSUMSI, PAM JAYA OPTIMALKAN...
BWRO merupakan pengolahan air tanah untuk dapat dijadikan air minum, sedangkan SWRO mengambil air laut untuk diolah sebagai air minum.
Lurah Pulau Untung Jawa, Ade Slamet mengatakan pulau dengan luas sekitar 40 hektar itu masih membutuhkan sumber air yang kayak konsumsi. Saat ini kebutuhan air konsumsi, warga Pulau Untung Jawa masih mengandalkan BWRO.
“Kita memiliki satu unit (BW)RO, yang dibangun Pemda DKI, dan masyarakat di sini mengkonsumsi itu dengan harga cukup murah Rp1000 hingga Rp2000 per galon,” ujar Ade di di kantornya, Minggu (13/8/2017).
Menurut Ade, warga tidak memiliki batasan untuk mengambil dan menggunakan air tersebut. Warga tinggal datang ke BWRO untuk mengambil sendiri air sesuai kebutuhannya. Namun karena menggunakan air tanah, BWRO tidak dapat dianfalkan selamanya oleh warga.
“Kita khawatir air tanah habis, warga bisa pada gak minum,” imbuhnya.
Sementara itu, pengilahan air laut menjadi air minum dengan SWRO belum dapat dimaksimalkan warga Pulau Untung Jawa. Warga masih enggan menggunakan air hasil olahan SWRO.
“Jadi masyarakat sini gak mau untuk konsumsi, paling untuk cuci piring, cuci baju dan siram tanaman,” tandas Ade.
Dikatakan Ade, selain dinilai belum bisa digunakan untuk konsumsi, jumlah debet air yang disalurkan kepada warga masih terbatas. Keterbatasan tersebut dikarenakan waktu operasional SWRO yang masih belum penuh.
“Hanya maksimal mengalirkan air 50 meter kubik per hari. Sementara di sini lebih dari 500 rumah. Jadi masih kekurangan,” ujar Ade.
Direktur Utama Pam Jaya, Erlan Hidayat mengakui SWRO masih mengalami keterbatasan dalam mengalirkan air ke setiap rumah warga. Diketahui, Pam Jaya yang ditunjuk sengai pengelola SWRO di Pulau Untung Jawa, sudah memasang instalasi pipa di semua rumah warga Pulau Untung Jawa.
“Betul sampai saat ini baru produksi 50 meter kubik, 8 jam per hari. Kalau operasikan full, membrane sebagai teknologi SWRO dapat rusak. Jadi kami hitung kemampuan. Makanya kita belum operasionalkan secara full,” jawab Erlan.
Erlan menjelaskan pihaknya sudah berpikir untuk memaksakan operasional untuk fapat mengetahui kapastisas dari membrane di mesin SWRO. Namun hal tersebut harus melalui perhitungan yang matang.
“Mesti kalkulasi, kalau terjadi apa-apa dengan membrane, berapa cost perbaikan, ganti membran, kan butuh banyak biaya.
Risiko kerusakan jika dioperasikan secara full. Kalau push, membrane belum diganti. Kalau pengalaman, minta ganti harus ke Kementerian PU Pera nunggu. Itu yang kita hitung. Lain kalau kita investasi,” tegas Erlan.
Meski demikian, Erlan menandaskan akan memgahsilkan air sesuai standar kualitas air minum sesuai Permenkes No 493 tahun 2010. Erlan menegaskan, pengolahan air yang dihasilkan SWRO Pulau Untung Jawa sudah memenuhi standar TDS 325 dari nilai standar yang ditentukan sebesar 500.
(ikbal/sir)
Tinggalkan Komentar