DUNIA SOROTI PELESTARIAN DANAU INDONESIA
Indonesia dikenal sebagai lima besar negara dengan jumlah danau terbanyak di dunia. "Indonesia memiliki lebih dari 800 danau dan 15 di antaranya ditetapkan sebagai prioritas nasional," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, di Kuta, Selasa (8/11).
Kelima belas danau tersebut adalah Danau Toba (Sumatra Utara), Sentarum (Kalimantan Barat), Tempe (Sulawesi Selatan), Tondano (Sulawesi Utara), Limboto (Gorontalo), Sentani (Papua), Matano (Sulawesi Selatan), Poso (Sulawesi Tengah), dan Danau Semayang, Melintang, Jempang (Kalimantan Timur). Berikutnya Danau Batur (Bali), Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Danau (Banten), Kerinci (Jambi), Singkarak, dan Maninjau (Sumatra Barat).
Penetapan danau prioritas, kata Nurbaya, bertujuan mengurangi sedimentasi dan erosi. Penetapan ini juga meningkatkan kualitas air dan lingkungan sekitar danau secara menyeluruh. Danau memiliki fungsi kehidupan bagi manusia, yaitu sumber air bersih, air minum, kebutuhan rumah tangga, irigasi, perikanan, industri pariwisata, pembangkit listrik, dan budaya lokal.
Nurbaya menyoroti, dalam perkembangannya, pengelolaan danau tak lepas dari masalah kompleksitas perkembangan zaman, meningkatnya jumlah keramba jaring apung, limbah industri, dan rumah tangga. Ini menyebabkan terganggunya fungsi ekosistem danau yang berdampak menurunnya kualitas lingkungan dan kondisi ekonomi masyarakat.
Indonesia berpotensi menjadi laboratorium dunia dalam hal pengelolaan danau. Ini akan mendukung aktualisasi, mitigasi, dan adaptasi pengendalian perubahan iklim di Indonesia, juga dunia.
Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain mengatakan, setiap danau memiliki karakter tersendiri, baik morfogenesis, morfologi, maupun sosial-ekonomi. Masalah yang terjadi di masing-masing danau juga bervariasi bergantung pada karakter masing-masing fisik, sosial, dan ekonomi. "Banyak negara berkomitmen untuk mengelola danau mereka untuk mempertahankan fungsi ekosistem," katanya.
Berbagai danau di dunia berada dalam kondisi kritis. Kondisi danau yang mengalami degradasi ini, kata Iskandar, diakibatkan perubahan iklim dan aktivitas antropogenik. Hal ini diyakini memiliki banyak dampak, baik jangka menengah maupun panjang.
Ia mengatakan, indikasinya adalah menurunnya kualitas air, produktivitas, keanekaragaman hayati, dan terganggunya siklus hidrologi. Hal ini memengaruhi kemampuan danau untuk mendukung kehidupan manusia dan fungsi lainnya.
Penyebab degradasi ini secara bersama-sama memengaruhi kondisi danau secara berantai. Akhirnya, hal itu berdampak pada rusaknya ekosistem dan masyarakat, mulai dari sisi sosial hingga ekonomi.
LIPI melalui Pusat Penelitian Limnologi telah melakukan penelitian dasar dan terapan untuk membantu para pengambil keputusan serta meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan ekosistem danau. LIPI juga merupakan focal point untuk International Hydrological Programme (IHP) UNESCO. rep: MUtia Ramadhani ed: Erdy Nasrul
Tinggalkan Komentar