dki-butuh-rp23-triliun-hingga-2022-Qrss1

DKI BUTUH RP23 TRILIUN HINGGA 2022

Staf khusus Menteri Pekerjaan Umum dan PErumahan Rakyat Bidang Air dan Sumber Daya Air Firdaus Ali mengestimasikan kebutuhan anggaran untuk merealisasikan target tersebut mencapai Rp 23 Triliun dan ditanggung bersama baik oleh pemerintah pusat maupun Pemprov DKI Jakarta.

“Dari kebutuhan anggaran itu, DKI Jakarta di atas kertas melayani 48%, angka politisnya 58%, tetapi riilnya baru 37%,” ujarnya, Kamis (4/8).

Menurutnya, pekerjaan rumah yang harus diselesaikan pemerintah untuk mengatasi persoalan air baku masih sangat banyak. Saat ini saja, dari sekitar 819.000 pelanggan air minum di Jakarta, baru sekitar 240.000 pelanggan yang terlayani dengan baik.

Di sisi lain, penyedotan air tanah secara masih untuk konsumsi rumah tangga maupun komersial mengakibatkan penurunan muka tanah Jakarta setinggi 10 cm hingga 12 cm setiap tahun. Bila tidak dihentikan, Firdaus memprediksi, pada 2050 ujung Pantai Jakarta akan berada di Wilayah Harmoni, Jakarta Pusat.

“Hal yang paling krusial di ibu kota adalah penurunan muka tanah Jakarta itu tertinggi di muka bumi, dibandingkan dengan Meksiko City, Yokohama, Bangkok, pemegang rekornya tetep Jakarta,” ujarnya.

SPAM JATILUHUR

Lebih lanjut, dia memaparkan, saat ini pemerintah mengantisipasi kondisi yang lebih parah dengan membangun proyek Tanggul Raksasa Jakarta. Selain itu juga dengan membangun proyek penyediaan air minum, salah satunya adalah SPAM Jatiluhur II.

Firdaus mengatakan, pemerintah tengah mengkaji skema pendanaan yang terbaik untuk proyek SPAM  Jatiluhur II. Terkait dengan itu, dia menyatakan, tidak menutup kemungkinan proyek tersebut akan melibatkan swasta dengan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU).

“SPAM Jatiluhur II sedang dalam proses, mudah-mudahan Agustus ini ada keputusan dari Pemerintah. Kita harapkan ketika Asean Games dapat terlaksana,” ujarnya.

Pada kesempata terpisah, Plt. Kepala Badan Pendukung Pengembangan Sisten Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) Sri Hartoyo mengatakan, setelah menandatangi kontrak SPAM Umbulan beberapa waktu lalu, pemerintah tengan mengkaji sejumlah proyek SPAM yang siap ditawarkan kepada swasta.

“Sekarang ini lagi kami susun lagi. Sebetulnya, kamu juga mau lanjutkan Jatiluhur, tetapi masih dievalusi apakah dengan pola b to b (business to business) atau dengan KPBU. Itu masuk program strategis,” ujarnya.

Sejauh ini, pihaknya mengestimasikan total investasi yang dibutuhkan untuk proyek SPAM Jatiluhur II dengan kapasitas 5.000 liter/detik mencapai Rp 6 Triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 1.8 triliun akan ditawarkan kepada investor.

Bila menggunakan skema KPBU, nantinya pemerintah akan membangun pipa jaringan distribusi, sedangkan investor akan membangun instalasi pengolahan air baku dan transmisi. Pembagian tanggung jawab ini mirip seperti yang diterapkan pada proyek SPAM Umbulan.

Proyek SPAM Jatiluhur II masih menggunakan Waduk Jatiluhur sebagai sumber air. Nantinya air itu akan disalurkan melalui jaringan perpipaan untuk melayani wilayah Uata Jakarta, termasuk menyuplai kebutuhan Asian Games. (Deandra Syarizka)

Share this Post

Komentar (0)

Tinggalkan Komentar